Mengejutkan, Juara Baca Puisi Mahasiswa Dihadiahi 2 Helai Serbet!
erafakta.Noval, mahasiswa dari Universitas Bina Bangsa ini memperoleh gelar
juara kedua pada lomba membaca puisi yang digelar di halaman Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Serang.
Malangnya, hadiah yang diterima hanyalah 2 helai serbet yang biasa digunakan untuk mengusap peluh keringat. Diceritakan Noval, awalnya dia mengikuti pendaftaran lomba puisi pada perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di halaman kantor dinas pendidikan siang tadi.
Ketika itu, beragam perlombaan dihelat, baik itu tarik suara, olah vokal, bahkan hingga membacakan puisi karya sastrawan terkenal Banten. “Saya waktu itu kebetulan lewat di depan dinas pendidikan, terus karena ramai perlombaan, ada baca puisi juga, ya saya terus daftar. Peserta lomba baca puisi memang tak banyak, dan saat itu saya memilih membawakan puisi karya sastrawan Banten, Toto St Radik, judulnya “Indonesia, pada sebuah malam”,” jelasnya.
Setelah seluruh peserta tampil, dilanjutkan Noval, kemudian panitia memutuskan untuk menetapkan dan memanggil juara 1, 2 dan 3 dari perlombaan membaca puisi. Noval, mahasiswa tingkat akhir itu merasa bangga karena namanya disebut sebagai penyabet gelar juara kedua. “Saya dipanggil ke atas, juara kedua. Ya seperti biasa, kita dapat hadiah dalam sebuah kotak yang terbungkus rapih, memang tidak disebutkan hadiahnya apa saat itu, dan saya pun bukan semata-mata berharap hadiah, tapi setidaknya saya bangga membawakan puisi karya sastrawan Banten, karya daerah sendiri,” tambahnya.
Begitu selesai acara, seluruh peserta beranjak pulang, begitupun dengan Noval yang larut dalam rasa gembira karena memeroleh juara pada perlombaan perayaan Hardiknas itu. Namun setibanya di kesekretariatan kampus, dia terperanjat bukan kepalang, lantaran kotak hadiah yang diterima ternyata hanya berisi 2 potong kain serbet pengusap peluh. “Waktu saya buka, ternyata isinya kain serbet, 2 potong. Saya juga nggak paham ini maksudnya apa panitia, kita mengikuti lomba di Hardiknas, yang kita bawakan juga karya sastra terkenal Banten, tapi dihadiahi seperti ini, kesannya justru melecehkan,” jelas mahasiswa jurusan Manajemen itu.
Melihat hal itu, berbagai sastrawan senior di Provinsi Banten ramai-ramai angkat bicara dan menyampaikan kekecewaannya di media sosial, hal tersebut menjadi viral seketika. Terlebih, lomba membawakan puisi digelar resmi oleh Dinas Pendidikan Provinsi Banten. “Saya sekali lagi, bukan mempersoalkan hadiahnya, tapi konteksnya (hadiah) nggak sesuai dengan acaranya. Karena tadinya saya pikir hadiahnya itu buku, alat tulis, atau apapunlah, kalau serbet begitu sangat nggak etislah,” tukasnya. Sementara, pihak penyelenggara dari kedinasan terkait belum bisa dimintai tanggapan.
Beberapa wartawan yang berusaha mengonfirmasi, belum mendapatkan jawaban apapun terkait kejadian itu.
Malangnya, hadiah yang diterima hanyalah 2 helai serbet yang biasa digunakan untuk mengusap peluh keringat. Diceritakan Noval, awalnya dia mengikuti pendaftaran lomba puisi pada perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di halaman kantor dinas pendidikan siang tadi.
Ketika itu, beragam perlombaan dihelat, baik itu tarik suara, olah vokal, bahkan hingga membacakan puisi karya sastrawan terkenal Banten. “Saya waktu itu kebetulan lewat di depan dinas pendidikan, terus karena ramai perlombaan, ada baca puisi juga, ya saya terus daftar. Peserta lomba baca puisi memang tak banyak, dan saat itu saya memilih membawakan puisi karya sastrawan Banten, Toto St Radik, judulnya “Indonesia, pada sebuah malam”,” jelasnya.
Setelah seluruh peserta tampil, dilanjutkan Noval, kemudian panitia memutuskan untuk menetapkan dan memanggil juara 1, 2 dan 3 dari perlombaan membaca puisi. Noval, mahasiswa tingkat akhir itu merasa bangga karena namanya disebut sebagai penyabet gelar juara kedua. “Saya dipanggil ke atas, juara kedua. Ya seperti biasa, kita dapat hadiah dalam sebuah kotak yang terbungkus rapih, memang tidak disebutkan hadiahnya apa saat itu, dan saya pun bukan semata-mata berharap hadiah, tapi setidaknya saya bangga membawakan puisi karya sastrawan Banten, karya daerah sendiri,” tambahnya.
Begitu selesai acara, seluruh peserta beranjak pulang, begitupun dengan Noval yang larut dalam rasa gembira karena memeroleh juara pada perlombaan perayaan Hardiknas itu. Namun setibanya di kesekretariatan kampus, dia terperanjat bukan kepalang, lantaran kotak hadiah yang diterima ternyata hanya berisi 2 potong kain serbet pengusap peluh. “Waktu saya buka, ternyata isinya kain serbet, 2 potong. Saya juga nggak paham ini maksudnya apa panitia, kita mengikuti lomba di Hardiknas, yang kita bawakan juga karya sastra terkenal Banten, tapi dihadiahi seperti ini, kesannya justru melecehkan,” jelas mahasiswa jurusan Manajemen itu.
Melihat hal itu, berbagai sastrawan senior di Provinsi Banten ramai-ramai angkat bicara dan menyampaikan kekecewaannya di media sosial, hal tersebut menjadi viral seketika. Terlebih, lomba membawakan puisi digelar resmi oleh Dinas Pendidikan Provinsi Banten. “Saya sekali lagi, bukan mempersoalkan hadiahnya, tapi konteksnya (hadiah) nggak sesuai dengan acaranya. Karena tadinya saya pikir hadiahnya itu buku, alat tulis, atau apapunlah, kalau serbet begitu sangat nggak etislah,” tukasnya. Sementara, pihak penyelenggara dari kedinasan terkait belum bisa dimintai tanggapan.
Beberapa wartawan yang berusaha mengonfirmasi, belum mendapatkan jawaban apapun terkait kejadian itu.
Comments
Post a Comment